
WBN | INDRAMAYU – Sungguh malang nasib Fahrul (6 thn) putra Bpk. Warma diblok Tegal Bedug Rt. 02/04 Desa Tamansari Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Diusianya yang seharusnya menikmati bermain dengan teman sejawatnya. Ia hanya bisa terbaring dengan tangan dan kaki kaku, hasil diagnosa mengalami penyempitan otak.
Otak merupakan organ penting yang rentan mengalami masalah. Salah satu contohnya masalah yang bisa terjadi pada otak adalah aneurisma otak. Penyakit ini merupakan pembesaran pada pembuluh darah di otak akibat dinding pembuluh darah melemah. Aneurisma otak termasuk penyakit yang sangat serius karena bisa menyebabkan kerusakan otak. Orang tuanya menanti uluran bantuan untuk melanjutkan pengobatan penyakit penyempitan otak yang mereka derita.
Fahrul ini divonis menderita penyakit penyempitan otak. Kedua orang tuanya sudah berusaha memberikan pengobatan, namun kini terkendala biaya. Kedua orangtuanya tak mampu melanjutkan pengobatan anak tercintanya akibat penghasilannya yang pas-pasan untuk biaya hidup.
” Anak saya Fahrul menghidap penyakit penyempitan otak. Diketahui saat masih kecil,” ungkap Warma, Senin (5/9/2022).
Menurut Warma, sejak didiagnosis mengalami penyempitan otak, dia dan istrinya, Tasinah membawa Fahrul ke Rumah Sakit untuk menjalani pemeriksaan serta berobat jalan.
” Namun, kami memberhentikan pengobatan, sebab tak bisa lagi membeli obat serta biaya transportasi,” ungkap Warma.
Warma pun mengaku tak tinggal diam. Demi masa depan anaknya dia pun bekerja banting tulang untuk mencari tambahan penghasilan, agar bisa melanjutkan pengobatan.
” Namun, penghasilan saya tetap saja tak cukup untuk menutupi kebutuhan pengobatan karena hanya sebagai buruh lepas,” katanya.
Kondisi balita ini bahkan sangat memperihatinkan. Penyakit yang dideritanya membuat tubuh sang bocah tidak bisa berkembang dengan normal, sebagaimana anak-anak lain seusianya. Kini, penyakit penyempitan otak dan membuat tubuh Fahrul tak lagi bebas. Dia hanya bisa berbaring ditempat tidurnya.
Orangtua Fahrul mengaku, selama ini terpaksa hanya merawat buah hatinya itu di rumah, lantaran tak punya biaya untuk berobat ke rumah sakit. Penghasilannya sebagai kuli lepas hanya bisa mencukupi kebtuhan makan sehari-hari.
“ Orangtua mana sih yang gak mau anaknya sembuh. Saya ingin sekali bawa Fahrul berobat, tapi apa daya penghasilan saya tak mencukupi. Bisa buat kebutuhan hidup sehari-hari saja sudah bersyukur,” ujar Warma.
“ Suami saya kerjanya cuma kuli Lepas. Jangankan untuk berobat Fahrul, untuk makan saja susah. Terkadang saya harus ngutang sana-sini,” ujar Tasinah.
Saat ini, kami hanya pasrah,” ungkapnya lirih sembari tetap berupaya menahan air matanya.
(Anton K)