Menanggapi hal hyang terjadi di Situs Patilasan, Karangkamulyan Kami mencoba mendalaminya secara seksama mengecek dan menelaah kejadiannya, memang sangat janggal, miris dan memprihatinkan. (08/10)
Sebuah Institut dalam hal ini Pendidikan Akademisi (Pusat Kajian Sunda) yang mengedepankan Sejarah, Agama, Sosial & Budaya, tetapi tidak memahami tata kerama, norma-norma Adat, Budaya dan menghargai peninggalan Leluhur.
Lalu apa kira-kiranya yang dipelajarinya di bangku kuliah tersebut?
Tidakkah diajarkan pemahaman akan kata *”Pamali“* dalam tatanan kehidupan Budaya Sunda?
Terlebih lagi, salah satu yang melakukan hal tak berpendidikan tersebut adalah seorang Ibu Dosen, inilah yang sangat *janggal, miris, dan memprihatinkan*.
Tujuan kunjungan mereka mendalami kajian sejarah, hal ini tentu sangat kita appresiasi dan sambut baik, namun disayangkan tanpa izin dan pemberitahuan kepada Pihak Resmi Penggelola Situs Karangkamulyan yang sebagaimana lazimnya.
Namun hal terpenting yang menjadi pemikiran kami, apa yang akan dihasilkan dari kajian yang fundamental dasarnya saja tidak memahami.
Mari kita jadikan kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua, hikmah dibalik kejadian ini, bahwa jelas generasi bangsa kita perlu diberi kepemahaman tata krama, norma-norma budaya, adat, tradisi dan menghargai nilai-nilai sejarah leluhur kita di Nusantara yang kita cintai ini.
Dan hal ini merupakan tanggung jawab kita semua, baik pihak Pemerintah, Akademisi, Tokoh Agama, Seniman & Budayawan, terlebih khususnya kita sebagai orang tua dari Putra Putri Bangsa ini.
Patut kita antisipasi, sebagaimana selogan mengatakan;
_untuk menguasai suatu bangsa,.._
*..Putuskan mata rantainya..*
*..Hilangkan Sejarahnya..*
*..Hancurkan Budayanya..*
*..Kuasai Bangsanya..*
Semoga kedepan, kita bersama dapat saling menjaga dan membangun rasa peduli terhadap sejarah, adat, istiadat dan leluhur kita yang merupakan tanggung jawab kita bersama untuk mendidik dengan baik generasi muda kita dengan cara yang baik seperti memberi pemahaman, mengayomi dan merangkul mereka.(Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh, Silih Wawangi).
Mari kita bersama membangun karakter pemimpin bangsa yang berbudaya, melalui pembangunan mental generasi muda. Hal ini merupakan tugas besar kita bersama.
Budaya merupakan Pemersatu Bangsa,Jati Diri Bangsa, Asset Bangsa yang patut kita jaga dan lestarikan bersama.
Saya sangat mengapresiasi pihak Kepolisian, Pak Kadis Disbudpora, Pariwisata, Ketua Dewan Kebudayaan, Sesepuh Pini Sepuh, Tokoh Adat, Seniman & Budayawan, Kewargian Adat dan Masyarakat Tatar Galuh-Ciamis yang telah mengadakan “SAWALA ADAT” (Musyawarah bersama) sehingga bertindak bijak dalam menangani persoalan ini.
Bukan tujuan mengedepankan hukuman terhadap oknum karena itu merupakan ranah tersendiri, namun lebih memfokuskan benang merah permasalahan bagaimana hal yang seperti ini bisa terjadi. Memang sangat Penting untuk diungkap agar menghindari dampak negatif yang lebih besar dikemudian hari. Semoga hal ini menjadi pelajaran buat kita semua.
Dan juga, saya berharap kita semua membukakan pintu maaf sebagaimana mereka yang sudah menyampaikan permohonan maaf yang secara tulus dimedia. Tutur nya.
Arikel Raja Galuh Rd. Racih Hanif Radinal
Iwan hendriawan, S.Ip | redpel ndra