Bali – Puri Agung Karangasem yang berdiri sejak abad ke 16 ini telah menjelma menjadi daya tarik wisata budaya, dan sudah banyak menggnet Wisatawan Mancanegara untuk berkunjung ke Puri Agung Karangasem ini,
Menurut salah satu kelurga besar Puri Agung Karangasem yakni A.A. B. Arya Mataram, dimana dirinya sangat berharap agar Adat dan Pesona Kebudayaan Puri Agung Karangasem terus terjaga dan tetap dilestarikan.
“Puri Agung Karangasem terletak di tengah-tengah Masyarakat Karangasem Bali di Jalan Sultan Agung Amlapura, Karangasem, Kecamatan Karangasem. Tembok-tembok tebal dan tinggi masih terlihat kokoh dan utuh, tanaman dan pohon-pohon besar seperti pohon tua leci memberikan nuansa sejuk nan nyaman,” kata A.A. B. Arya Mataram, saat ditemui,tim warisan budaya nusantara.
Dijelaskannya, Puri Agung Karangasem dari aspek sejarahnya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Karangasem di bawah pemerintahan Raja terakhir pemegang tahta kerajaan Karangasem Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem.
“Kerajaan Karangasem pernah memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Pulau Lombok, sehingga banyak masyarakat Karangasem sampai kini masih bermukim di Lombok,” ucapnya.
Demikian halnya dengan bangunan-bangunan tempat peristirahatan Raja Karangasem di Lombok yang kini telah dijadikan obyek wisata terkenal. Dengan demikian, sambungnya, tidak mengherankan apabila di Puri Agung Karangasem banyak memiliki catatan-catatan sejarah budaya emas yang sampai kini dapat dinikmati, meskipun tidak secara utuh, yakni berupa bangunan, peralatan rumah tangga, dan dokumen sejarah.
“Kini, di Puri Agung Karangasem oleh para pewarisnya sejak beberapa tahun lalu tempat tersebut telah dicanangkan sebagai museum hidup (life museum) yang berisi segala aktivitas kehidupan keluarga puri, Dijadikannya Puri Agung Karangasem sebagai life museum, kiranya dapat dibangkitkan lagi sejalan dengan program pemerintah tahun 2010 di bidang museum melalui Visit Museum Year ( Tahun Kunjungan Museum ),” harap A.A. B. Arya Mataram,
Nuansa Bali, Eropa dan Cina
Di Puri Agung Karangasem sendiri beberapa bangunannya ada yang berarsitek kombinasi antara Bali dan Eropa yang masih terlihat utuh. Pusat Puri tempat pemerintahan Raja terakhir diberi nama Maskerdam yang berasal dari kata Amesterdam, juga bagian belakang dari puri inti ini diberi nama Londen.
“Hal tersebut menunjukkan sejak Tahun 1895 setelah Kerajaan Mataram Karangasem di Lombok kalah perang dengan Belanda sudah menjalankan sistem pemerintahan kolonial Belanda. Sistem pemerintahan tersebut berakhir setelah Indonesia merdeka pada Tahun 1945 dan Tahun 1950. Sebagai Bupati pertama adalah anak lelaki tertua Raja terakhir yaitu Anak Agung Gede Jelantik,” sebut Drs. A.A. B. Arya.Mataram.
Sebagai sebuah museum dan obyek wisata, keluarga puri perlahan-lahan menata puri Maskerdam baik dari segi kelestarian tamannya, maupun pengumpulan kembali benda-benda peninggalan milik raja dulu.
Sampai kini, benda tersebut telah tertata rapi di beberapa ruangan untuk dinikmati oleh para pengunjung, antara lain, ranjang tempat tidur, almari pakaian, satu set kursi tamu spon warna putih dengan meja beralaskan marmer pemberian dari Raja Wilhelmina, meja/cermin hias, foto-foto keluarga raja puri, raja dari Jawa dan Belanda, lukisan, dan sejumlah benda sejarah lainnya.
Di dalam areal puri, terdapat beberapa bangunan dan pemandangan yang indah dan menyejukkan antara lain, Balai Kambang (Gili) berada di tengah-tengah kolam yang dihubungkan dengan jembatan dibuat oleh orang Cina dengan gaya arsitektur Cina. Dulu tempat itu berfungsi sebagai tempat rapat keluarga dan upacara adat. Di bagian timur terdapat Balai Ekalange, tempat tinggal penganten baru, dan masih banyak lagi bangunan lain tempat kegiatan para keluarga raja.
Selain Puri Agung Karangasem, di Puri Gede Karangasem masih dalam satu keluarga besar Puri Agung, juga masih menyimpan banda-benda budaya pusaka.
Pengelingsir Puri Gede Karangasem, Anak Agung Bagus Ngurah Agung, SH, MH. menjadikannya Puri Gede juga sebagai obyek wisata dan wadah aktivitas budaya masyarakat. Pihaknya membuka seluas-luasnya bagi masyarakat untuk menggunakan puri sebagai tempat aktivitas sosial budaya.
Kini, masyarakat dapat menyaksikan langsung sejumlah aktivitas budaya di antaranya, Yoga Ananda Marga, Seni Tari, Seni Tabuh Wanita, dan Fashion Show.
Di samping itu masyarakat juga dapat menyaksikan kegiatan budaya insidentil lainnya seperti, Ceramah agama/budaya, pameran keris dan permata, pengobatan gratis, pembagian kaca mata gratis dan lainnya.
Kini Puri Gede sudah menjadi obyek daya tarik wisatawan, banyak wisatawan domistik/asing memanfaatkan fasilitas Puri Gede untuk keperluan resepsi/upacara.
Salah satu pewaris tahta Puri Gede banyak menyimpan benda-benda “Adi Luhung” peninggalan warisan budaya dari penglingsir Puri Gede zaman kerajaan dahulu kala, di antaranya koleksi yang paling menonjol adalah keris pusaka. Beberapa keris bertuah yang dikeramatkan disimpan di sana dan sewaktu-waktu dipamerkan kepada publik.
Drs. A.A.B. Arya Mataram MM, yang merupakan salah satu Pengelingsir kerajaan Puri Agung Karangasem sangat berharap agar Pemerintah dan Investor dapat memperhatikan Puri Karangasem ini. “Harapan kami disini agar Pemerintah dan Investor mau mengulurkan tangannya untuk kembali menata Puri Agung Karangasem agar semakin eksotik tanpa meninggalkan nilai-niali budaya yang tersimpan didalamnya,” imbuh A.A.B. Arya Mataram
Masih katanya, karena adat dan pesona pra sejarah kebudayaan yang masih asli ini agar dijaga tetap indah, “bahkan lebih indah lagi supaya masyarakat diluar Bali mengetahui bahwa di Provinsi Bali khususnya di Karangasem Bali masih memiliki peninggalan Pra Sejarah Bangsa Indonesia yang patut di jaga dan di lestarikan oleh kita bersama,” tukas A.A.B. Arya Mataram
Penulis NN
jadi rindu kampung halaman
terima kasih sudah komentar di web kami