Mark R. Woodward, ketika meneliti tentang Islam Jawa berpatok di Jogja sempat ditegur sebab mau mengenakan keris ala Keraton Surakarta. Keris Jogja berbeda dengan Surakarta. Lagi, soal blangkon, di keduanya berbeda. Padahal kita tahu, Keraton Jogja dan Surakarta bermuasal sama yakni Mataram.
Itulah produk kebudayaan. Hasil karsa dan karya sejarah hidup manusia dari hari ke hari membentuk satu simbol bahkan institusi sosial yang unik di satu wilayah tertentu. Berbeda antara satu lokal dengan lokal lain.
Tak beda dengan Indramayu Jawa barat Tentu. Berbicara kain penutup kepala, Indramayu punya yang namanya ikat kepala atawa “bengket”. Khas, unik, milik Wong Dermayu. Konon saya belum terlalu paham di Indramayu ada beragam bengket dengan cara mengenakan, makna filosofis, dan motif yang berbeda-beda. Salah satunya yang tampak pada foto.
Mari sedikit-sedikit kita belajar tentang diri kita sendiri. Kita Indramayu. Kita Wong Dermayu.
Seni Ikat Kepala Dermayon, Indramayu
Tata Cara :
Iket Kepala diikatkan tidak terlalu kencang tetapi juga tidak longgar, terpasang pas , membuat rapih tataan rambut dan mencegah terhalanginya pandangan
Ikat kepala sebagai simbol “Pengikat antara Akal dan Fikiran,” serta prinsip – prinsip utama Kehidupan berbudaya, sebagai simbol kewaspadaan, kehati – hatian , keadilan dan kebijaksanaan.
Karena di dalam kehidupan bermasyarakat memiliki keragaman pemahaman terhadap ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan, Itulah penjelasan singkat mengenai Seni Ikat/Bengket kepala Dermayon.
Penulis Ki Waro | Red-Wbn Hs.