Kabupaten. Bogor, Jawa Barat – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat terus berupaya melestarikan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Sunda, salah satunya lewat pagelaran Riksa Budaya.
Dengan mengusung tema “Someah (Ramah dan santun)”, Riksa Budaya tahun ini digelar di Kampung Budaya Sindang Barang, Jl. Endang Sumawijaya Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Kamis (14/11).
Kepala Disparbud Jabar Dedi Taufik menjelaskan, pagelaran Riksa Budaya tahun ini sekaligus menjadi momentum deklarasi tagline ‘#Jabar Someah’.
Menurut Dedi, secara filosofis, Someah merupakan sikap budaya yang sudah melekat sebagai identitas masyarakat Jabar yang ramah, santun, dan lemah lembut.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Dedi Taufik menjelaskan, riksa budaya tahun ini sekaligus momentum deklarasi ‘Jabar Someah’.
Menurutnya Someah merupakan sikap budaya “Smiling West Java”. Apalagi pariwisata menjadi sektor yang mengutamakan pada keramahan (hospitality) dalam konsep pelayanan kepariwisataan.
“Acara ini diharapkan mampu menjadi media yang menyentuh setiap pribadi masyarakat Jawa Barat untuk mampu menyadari dan menguatkan kembali nilai budaya yang direpresentasikan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Rangkaian event di Bogor sendiri antara lain talk show interaktif yang dikemas dalam pertunjukan wayang golek. Ada juga penampilan kemasan seni tradisi seperti longser milenial, tanjidor, topeng blantek, gondangan, reog, jaipong, dan rampak kendang. Selain itu, ada pula pertunjukan baronsay, kaulinan lembur dan berbagai permainan interaktif.
Acara ini juga turut mempertontonkan tarian kreasi khusus karya seniman lokal berjudul “Utamana Jalma Kudu Rea Batur” serta tarian “Pupuh Pucung” sealbagai kreasi menyuarakan keindahan kebersamaan yang didasari nilai dan laku budaya yang Someah.
Aat Suratin selaku penggagas acara menjelaskan, nilai-nilai Someah perlu kembali diangkat mengingat telah berkembangnya kesadaran kolektif terhadap pudarnya tanda peradaban suatu kaum. Menurut dia, aspek perubahan sosial ini perlu disikapi dan disesuaikan dengan pengaruh yang timbul disertai upaya mempertahankan budaya dengan memahami nilai kearifan lokal.
“Penyelenggaraan peristiwa budaya dapat menjadi semacam ‘Check Point’ perkembangan laku budaya masyarakat Jawa Barat,” pungkasnya.
Reporter Nyimas |™red ndra
Tank’s