WBN, Maluku Tengah – Kebiasaan masyarakat Maluku dari tahun ke tahun merupakan kebiasaan musiman untuk memanen pohon cengkeh yang merupakan mata pencaharian utama mereka, disamping hasil bumi yang lain seperti pala, kelapa dan lainnya.

Seperti yang dilansir awak media, penggemar panjat (nae) cengkeh adalah merupakan salah satu bagian dari para pencari kerja di saat tidak ada waktu untuk mengisi pekerjaan lain baik dari kalangan pria maupun wanita dari usia belia sampai tua. Yang penting intinya bisa panjat (nae) saja, dalam memanen cengkeh dimulai dari pohon cengkeh dipastikan sudah berbiji tua, belum kategori polo dan sudah berbunga, artinya kuncup biji cengkeh dalam kondisi tertutup.

“Katong (kami) dan Beta (saya) bersama teman-teman lainnya sangat senang akan saat-saat panen biji cengkeh, apalagi hasil bijinya banyak dan kelihatan hijau sepanjang kita lihat atau penuh(anteru) dia pun biji belum polo (terbuka kuncup bijinya),”tutur Eri, salah satu penggemar pohon cengkeh.

Eri, menambahkan,”Sebelum Katong (kita) memanjat pohon cengkeh, pertama katong (kita) persiapkan diri bahwa harus bisa panjat, kemudian ada hal-hal yang perlu katong (kita) penuhi seperti tali,karung dan alat tarik dahan cengkeh untuk katong(kita) ambil atau ‘gai-gai’ di atas pohon cengkeh yang katong (kita) maksud mengenai bijinya.”

Kemudian hasil dari panen biji cengkeh dari hutan yang kita ambil, kalau berbuah atau berbiji banyak kadang mencapai 2 – 4 karung dalam satu pohon cengkeh. Betapa luar biasanya hasil bumi yang ada di Maluku ini, disamping juga berpotensi inkam ke pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan bila perlu ke pemerintah daerah, ini baru saja inkam untuk salah satu hasil bumi, jikalau hasil bumi tersebut bisa kita jaga dan lestarikan dengan baik.

(HS) | redpel ndra

Share It.....