Oleh : Jefrison Hariyanto Fernando, S.I.P
(Pegiat budaya Sabu Raijua)
Upacara adat Bangaliwu merupakan salah satu Upacara adat tahunan yang dirayakan tiap tahun oleh masyarakat Sabu Raijua, terlebih kusus masyarakat yang masing menganut aliran kepercayaan atau agama suku Jingitiu.
Pada tulisan ini, penulis ingin menulis tentang upacara adat Bangaliwu di wilayah adat Liae ,tepatnya di Kecamatan Sabu Liae, Kabupaten Sabu Raijua, Propinsi Nusa Tenggara Timur. dimana saat ini di Kabupaten Sabu Raijua memiliki 5 wilayah adat yaitu Wilayah adat Habba atau Seba, Wilayah adat mehara, Wilayah adat Liae , Wilayah adat Dimu dan Wilayah adat Raijua
Upacara adat bangaliwu di Wilayah adat Liae dilaksanakan pada Warru Bangaliwu rame tepatnya pada saat purnama perhitungan kelender adat liae atau bulan mei perhitungan kelender masehi.
Secara epistemologi Bangaliwu terdiri atas 2 kata yaitu banga dan liwu, banga artinya makan ,liwu artinya bersama, jadi bangaliwu merupakan ritual makan bersama antara seluruh rumpun keluarga masyarakat Sabu Raijua ,dalam artian bahwa makan bersama hasil panen masyarakat selama satu tahun perhitungan Kelender adat liea atau dalam bahasa keseharian orang Sabu Raijua bisa di sebut sebagai peserta Syukuran Panen.
Dalam ritual bangaliwu tersebut akan dilaksanakan beberapa kegiatan adat mulai dari Ritual adat hingga atraksi budaya misalnya Pedoa adat atau tarian tradisional masyarakat Sabu Raijua , Peiu manu di kawasan Upacaran adat kolorame dan peiu manu di kepaka horo yang berlokasi di Desa Eilogo dan Pehere Jara atau pawai kuda serta atraksi kuda menari.
Kegiatan peiu manu atau sabung ayam adat dilakukan di dua tempat yg berbeda secara bersamaan . Hal tersebut memiliki tujuan yang telah diatur oleh leluhur orang Sabu Raijua kususnya di Wilayah adat liae.
dimana peiu manu di kolo rame yang merupakan kawasan upacara adat yg disakralkan punya aturan adat bahwa masyarakat adat dari wilayah adat Sabu Timur dilarang masuk ke kawasan tersebut.
Pelarangan itu buntut dari sumpah adat antara kedua wilayah adat ketika terjadi peperangan atau pemuhu yang di kenal dengan Pemuhu Kabbala Juli yaitu perang tanding untuk menguji kesaktian antara masyarakat wilayah adat Liae dengan masyarakat wilayah adat Dimu yang terjadi ribuan tahun yang lalu.
oleh karn itu para leluhur bersepakat untuk membuat peiu manu bangaliwu di kepaka horo, yang lokasinya berada di sebelah barat sehingga orang Sabu timur yang ingin datang berpartisipasi dalam ritual bangaliwu liae, cukup hanya mengikuti kegiatan Bangaliwu di kepaka horo .
Kepaka horo artinya pohon nitas yang miring, dan dilokasi tersebut tumbuh subur satu pohon nitas yang cukup besar yang menurut keyakinan masyarakat setempat kususnya masyarakat jingitiu , apabila ranting atau daun dari pohon itu dirusak oleh para pengunjung maka akan terjadi perkelahian antara masyarakat dengan masyarakat bahkan bisa menimbulkan kecelakan bagi masyarakat yang datang untuk menonton kegiatan adat Bangaliwu.
Peiu manu bangaliwu tersebut akan terjadi pada siang hari hingga sore hari dan pada malam hari akan dilanjutkan dengan ritual nga”a buihi
dan pedoa adat yang disebut pedoa buihi, Pedoa merupakan tarian adat Sabu Raijua yang saat ini telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional dari propinsi Nusa Tenggara Timur ,kususnya dari Sabu Raijua .
Pedoa tersebut akan dilaksanakan dari malam hingga pagi hari , dengan rincian dari jam 11 malam hingga jam 02.59 pagi akan dilakukan di kawasan upacara pedoa adat yg bernama Rai Arru yang terletak di desa eilogo, Kec. Sabu Liae, Kabupaten Sabu Raijua , setelah itu kegiatan Pedoa tersebut dipindahkan ke kawasan upacara adat Dara Rae Dabba yang akan berlangsung dari jam 3 pagi hingga jam 7 pagi.
Kawasan Upacara adat Dara Rae Dabba ini terletak di desa ledeke, Kecamatan Sabu Liae.
Pada hari yang sama akan dilanjutkan dengan pehere jara buihi atau atraksi kuda menari di kawasan upacara adat dara rae Ege, di desa Waduwala, Kecamatan Sabu Liae. kegiatan pehere tersebut hanya sampai jam 12.00 siang, setelah itu pehere jara akan dilanjutkan lagi ke kawasan upacara pehere jara Nada Buihi yang terletak di desa ledeke, Kecamatan Sabu Liae, Kabupaten Sabu Raijua.
Kerennn ade, terimakasih atas informasi dan sejarah Budaya Kita..salam hormat dan Literasi Budaya..
Terima kasih atas komentarnya, semoga Media Warisan Budaya Nusantara tetap eksis dan mengabarkan berita budaya nusantara dan berita umum, secara tranparan dan terpercaya 🙏🙏🙏