
WBN | Kota Mbay sebagai ibu kota Kabupaten Nagekeo di Pulau Flores, Provinsi NTT, terletak di Kelurahan Danga, Kecamatan Aesesa atau lazim disebut sebagai jantungnya Flores karena letaknya yang berada tepat di tengah Pulau Flores (the heart of Flores), tidak terlepas dari sebuah catatan krusial yang melekat dengan wajah Mbay, yakni suhu panas matahari yang kian tinggi hingga tidak sedikit penghuni kota merasa tidak nyaman-nyaman hidup di Mbay.
Mbay yang memiliki barisan Sawah Irigasi atas penyerahan tanpa pamrih dari tiga suku besar, yakni Suku Dhawe, Suku Lape dan Suku Nataia, diberikan kepada pemerintah, menjadi salah satu kota di Pulau Flores yang harus di akui memiliki suhu terik matahari berskala panas tinggi.
Di balik indahnya barisan Sawah Garam, Kampung Adat, Pulau Kinde, Padang Savana, Air Panas Tonggurambang dan Nangadhero, Batu Kodok, Bukit Pamo ataupun Gunung Sanga Benga yang populer dengan sebutan Wewerowet sebagai identitas sekaligus destinasi wisata Nagekeo, suhu udara yang sangat panas telah menjadi sorotan yang hendaknya segera mungkin dilakukan terobosan ataupun rekayasa lingkungan demi menetralisir panasnya suhu di Mbay Nagekeo Flores.
Dibalik sejuta keunikan Mbay, sesungguhnya terdapat tantangan suhu panas yang terus meningkat dari waktu ke waktu, bahkan sangat mempengaruhi tensi emosi bagi penghuni kotanya.
Panasnya Kota Mbay seakan menenggelamkan sukma kesejukan yang telah pergi entah kemana. Tidak sedikit penghuni berharap kapan panas Kota Mbay boleh sedikit menjauh. Namun, yang terjadi adalah panas itu hanya pergi untuk sebentar, lalu kembali mendekap tubuh Mbay Nagekeo.
Belum lagi payung-payung kecil dari naungan pohon, kian hari tampak samar di hadapan mata, bahkan akhir-akhir ini semakin jarang terlihat keberadaannya. Entah, telah mungkin dirusak tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab, atau mungkin memang keberadaannya yang tidak lagi dipedulikan dan butuh kucuran dana untuk pengkondisian.
Panasnya Kota Mbay bahkan seakan neraka. Karena itu tidak sedikit warga masyarakat melihatnya sebagai tantangan untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasinya.
Menurut salah satu Warga Kota Mbay, sebut saja Yohanes namanya, dia berteriak dan mengajak agar segera peduli dengan alam dan lingkungan.
Yohanes ingin memutuskan rantai keluhan atas panasnya kota Mbay. Dalam berbagai kegiatan maupun kesehariannya, Yohanes sering menyuarakan untuk setiap warga mulai menanam pohon, tanpa harus terus menerus mengeluh tentang suhu panas Kota Mbay.
Terkadang ide dan ajakan Yohanes sering mendapatkan protes keras dari sebagian masyarakat, bahkan tidak sedikit pula yang mengejeknya. Ada pula yang berbicara miring tentang niat baiknya. Namun, Yohanes menerima itu sebagai hal biasa, karena baginya jika bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi.
“Kota Mbay semakin dibakar terik, apa yang harus diakukan. Ya, menanam pohon yang berawal dari diri sendiri, di ikuti lingkungan, lalu berpengaruh terhadap tetangga bahkan Kota Mbay secara keseluruhan. Saya telah memulai menanam pohon-pohon di halaman rumah saya, agar apa yang saya ucapkan bisa di ikuti. Namun ya, namanya semua hal baik pasti mendapatkan tantangan, baik dari diri kita sendiri, tetangga, bahkan kondisi alam yang tidak bersahabat”, urai Yohanes, Mbay, (16/10/2022).
Mbay Nagekeo boleh memiliki segudang keindahan, bahkan sejuta view dan spot yang mengundang sejuta pemburu mahkota alam, tetapi dengan terik yang kian membakar dan sikap apatis terhadap ancaman panas yang terus mencengkram, apalah arti semua itu, pungkas Yohanes.
WBN │Wil
Utk melakukan suatu perubahan,suatu keniscayaan bisa terjadi apa bila terus disuaraka.