WBN | Jakarta Selatan – Indra Priawan dan Nikita Willy, Upacara Adat Tedhak Siten merupakan rangkaian prosesi adat tradisi yang sangat sakral daur hidup masyarakat jawa yang mulai jarang dilaksanakan. Tedhak Siten berasal dari kata Tedhak berarti turun (menapakkan kaki) dan Siten atau Siti yang artinya tanah, sehingga Tedhak Siten merupakan tradisi menginjakkan atau menapakkan kaki ke tanah bagi seorang anak. berlangung di Darmawangsa, Jakarta Selatan (20/11/22)
Kegiatan sakral ini dihadiri dari keluarga Besar Indra Priawan Djokosoetono dan Keluarga Besar Nikita Willy berlangsung sangat meriah dan penuh hikmad. Tampak hadir Duta Besar (Dubes) Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik beserta Istri, dan juga Kerabat tamu undangan Ibunda Indra Priawan Karlina Damire.
Karlina Damirie sebagai Ibunda dan Eyang Putri Issa berpesan “upacara adat ini adalah untuk pelestarian budaya yang akan diturunkan kepada anak cucu kita.” Ujarnya
Indra Priawan dan Nikita Willy Orang tua Issa Xander Djokosoetono mengatakan, “kegiatan ini adalah yang pertama kali di lakukan dan sangat bangga dapat melangsungkan upacara Adat TEDHAK SITEN, sebagai Warisan Nusantara (Indonesia Culture) dan dapat melestarikannya.” Ucapnya
Upacara Adat Tedhak Siten sebagai salah satu pelestarian budaya dan melambangkan, serangkaian kegiatan yang menyimbolkan bimbingan orang tua kepada anaknya dalam meniti kehidupan melalui serangkaian prosesi diantaranya.
1. Membersihkan kaki, kegiatan ini mempunyai makna bahwa si anak mulai menapaki tanah, yang berarti mulai menapaki kehidupan yang perlu dilakukan dengan suci hati.
2. Berjalan melewati tujuh jadah, kegiatan ini anak dituntun untuk berjalan di atas jadah (sejenis kue dari beras ketan) sebanyak tujuh buah, dengan warna yang berbeda-beda. Ke Tujuh warna tersebut adalah merah, putih, hijau, kuning, biru, merah jambu, dan ungu. Tujuh dalam bahasa jawa disebut pitu, dengan harapan si anak kelak dalam mengatasi kesulitan hidup selalu mendapat pitulungan atau pertolongan dari Yang Maha Kuasa.
3. Tangga dari Tebu Wulung, Prosesi ini anak diajak orang tua untuk menaiki 7 (Tujuh) tangga yang terbuat dari batang tebu. Tebu berasal dari kata antebing kalbu yang berarti penuh tekad dan rasa percaya diri.
4. Kurungan, prosesi ini anak dimasukkan sangkar atau kurungan ayam. Di dalam kurungan, terdapat berbagai benda seperti perhiasan, buku tulis, beras, mainan, dan lain sebagainya. Kurungan ayam ini menggambarkan kehidupan nyata yang akan dimasuki oleh anak kelak jika dewasa. Benda yang ada di dalam kurungan nantinya akan diambil oleh anak menggambarkan profesi yang ingin dijalani kelak jika sudah dewasa.
5. Memandikan Anak, posesi air yang digunakan merupakan air yang diambil oleh kedua orang tua dari si anak dimandikan oleh orang tuanya dengan air yang diberi bunga. Maknanya adalah agar kelak si bayi dapat mengharumkan keluarga dan dirinya. Maksudnya, supaya ia bisa jadi anak yang membanggakan. Setelah dimandikan, kemudian anak diberi pakaian.
6. Memberikan udhik-udhik, yaitu uang logam yang dicampur dengan bermacam-macam bunga. Dalam prosesi ini udhik-udhik disebar dan dibagikan kepada anak-anak dan orang dewasa yang hadir dalam acara tersebut. (Red- Saweran/Curak)
Video Liputan
Peliput Rossa, Ndra, Herdi dan Lismiasih