WBN, CIREBON | Ada yang berbeda di tahun ini, tradisi Gamelan Sekaten  sudah berumur 600 tahun dan sudah dilakukan berabad-abad akibat wabah penyakit Virus Corona(Covid-19) yang melanda indonesia dan dibeberapa belahan dunia, tradisi Gamelan Sekaten ditiadakan Akibat Pandemi virus, ‘melalui pesan singkat kepada jurnalis WBN’ . Namun sejarah dan teradisi ini jangan kita lupakan dengan membaca artikel ini. (18/05) 

 

 

Sejarah singkat,  Gamelan yang berusia 600 tahun lalu peninggalan Sunan Gunungjati (Red-Syeh Syarif Hidayatullah) Cirebon, Jawa Barat, ditabuh setelah pelaksanaan Shalat Idul fitri dan Shalat Idul Adha setiap tahunnya selama dua kali.

 

Hal ini merupakan tradisi turun temurun yang terus dilestarikan. Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon PRA. H. Arief Natadiningrat, S.E mengatakan gamelan sekaten yang ditabuh setahun dua kali, ini merupakan peninggalan Sunan Gunungjati dan salah satu metode penyebaran Islam di tanah Jawa. “Setiap setelah shalat ied  dan Shalat Idul Adha di Keraton Kasepuhan selalu ditabuh gamelan sekaten yang merupakan peninggalan Sunan Gunungjati,” kata Sultan.

Dalam tradisi Seni bercampur religi, biasanya berlangsung di alunalun dan di dengarkan oleh masyarakat.
Masyarakat yang mendengarkan konser gamelan ini harus membayar, namun membayarnya tidak dengan uang.
Membayarnya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat atau syahadatain, yang merupakan rukun Islam.

Penulis Hendra | redpel ndra

 

Share It.....