Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Indramayu

Adapun “ Ngaji rasa ” adalah tatacara atau pola hidup manusia ya yang didasari dengan adanya rasa yang sepuas mungkin harus dikaji melalui kajian antara salah dan benar dan dikaji berdasarkan ucapan dan kenyataan yang sepuas mungkin harus bisa menyatu dan agar bisa menghasilkan sari atau nilai-nilai rasa manusiawi, Tanpa memandang ciri hidup karena pandangan salah belum tentu salahnya dan pandangan benar belum tentu benarnya. “ Oleh karena itu, Kami sedang belajar ngaji rasa dangan prinsip-prinsip jangan dulu mempelajari orang lain, Tapi pelajarilah diri sendiri antara salah dengan benarnya dengan proses ujian mengabdikan diri kepada anak dan istri ”, ungkapnya.

Suku Dayak Indramayu hidup di tengah-tengah masyarakat sekitarnya, Akan tetapi dalam beberapa hal mereka mengisolasikan diri dari lingkungan masyarakatnya. Misalnya untuk tempat tinggal dan tempat peribadatan (ritual) mereka dibentengi dengan dinding yang cukup tinggi dan diberi ornament lukisan-lukisan. Di dalam benteng ini terdapat beberapa bangunan yang terdiri atas: Rumah pemimpin suku, Pendopo, Pesarean, Pesanggaran dan sebuah bangunan rumah tinggal salah satu pemimpin suku.

Benteng yang mengelilingi padepokan, Beberapa bangunan yaitu rumah pemimpin suku dan pesarean sudah merupakan bangunan permanent, Berdinding tembok, berlantai keramik dan beratap genteng. Gedung pendopo berdinding semi permanent yaitu dinding bagian bawah berupa tembok dan duduk jendela/setengah badan ke atas menggunakan papan yang dilapis bilik, Berlantai keramik dan beratap genteng. Sementara itu bangunan pesanggaran adalah bangunan non-permanen, Berlantai tanah, Beratap sirap dan dindingnya dibuat dari papan dan bilik.

Lingkungan alam di sekitarnya adalah lingkungan pertanian sawah dan palawija. Oleh sebab itu, Mereka dalam kesehariannya bermata pencaharian sebagai buruh tani.

Share It.....